Para ulama khas Nahdlatul Ulama
(NU) menggelar silaturahim di Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Kabupaten
Rembang, Jawa Tengah pada Kamis (16/3/2017). Hadir dalam acara tersebut para
ulama NU diantaranya, KH Ahmad Mustofa Bisri dan KH Maimoen Zubair. Silaturahim
tersebut menghasilkan lima poin keputusan dan diberi nama ‘Risalah Sarang’.
Risalah Sarang tersebut dilandasi
beberapa ayat Al Quran dan Hadist, yaitu:
“Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. (An-Nahl: 125)”.
“Kami (Allah) tidak mengutus
engkau (Muhammad) kecuali sebagai pembawa rahmat bagi semesta” (QS. Al-Anbiya`:
107).
Apa saja harta rampasan (fai-i)
yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari
penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
amat keras hukumannya. (Al-Hasyr: 7).
Hai orang-orang yang beriman,
jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (Al
–Hujurat: 6).
Tidak ada kebaikan pada
kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang
menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan
perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena
mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahalanya yang
besar. (An Nisa: 114)
“Sesungguhnya Allah tidak
mengutusku (Muhammad) sebagai orang yang mempersulit atau memperberat para
hamba. Akan tetapi Allah mengutusku sebagai pengajar yang memudahkan (HR.
Muslim).
“Sesungguhnya aku diutus hanya
untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia” (HR. Al-Baihaqi).
“Orang-orang yang menyayangi
sesama, Sang Maha Penyayang menyayangi mereka. Sayangilah semua penduduk bumi
niscaya penduduk langit akan menyayangimu” (HR. At-Tirmidzi).
Perpecahan adalah penyebab
kelemahan, kekalahan dan kegagalan di sepanjang zaman. Bahkan pangkal
kehancuran dan kemacetan, sumber keruntuhan dan kebinasaan, dan penyebab
kehinaan dan kenistaan. Betapa banyak keluarga keluarga besar, semula hidup
dalam keadaan makmur, rumah-rumah penuh dengan penghuni, sampai satu ketika
kalajengking perpecahan merayapi mereka, bisanya menjalar meracuni hati mereka
dan Syaithan pun melakukan perannya, mereka kocar-kacir tak karuan. Dan rumah-rumah
mereka runtuh berantakan. (Rais Akbar Jamiyah Nahdlatul Ulama Hadlratussyekh
Muhammad Hasyim Asy’ari, Muqaddimah Qanun Asasi).
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Pertama:
Nahdlatul Ulama senantiasa mengawal Pancasila dan NKRI serta keberadaannya
tidak dapat bisa dipisahkan dari keberadaan NKRI itu sendiri. Nahdlatul Ulama
mengajak seluruh ummat islam dan bangsa Indonesia untuk senantiasa
mengedepankan pemeliharaan negara dengan menjaga sikap moderat dan bijaksana
dalam menanggapi berbagai masalah.
Toleransi, demokrasi dan
terwujudnya akhlakul karimah dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat harus terus
diperjuangkan bukan hanya demi keselamatan dan harmoni kehidupan berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat di Indonesia ini saja tetapi juga sebagaiminspirasi
bagi dunia menuju solusi masalah-masalah peradaban yang dihadapi dewasa ini.
Kedua:
Lemahnya penegakan hukum dan kesenjangan ekonomi merupakan sumber-sumber utama
kegelisahan masyarakat selain masalah-masalah sosial seperti budaya korupsi,
rendahnya mutu pendidikan dan sumberdaya manusia, meningkatnya kekerasan dan
kemerosotan moral secara umum.
Pemerintah diimbau agar
menjalankan kebijakan-kebijakan yang lebih efektif untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut termasuk dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang
lebih berpihak kepada yang lemah (affirmatif) seperti reformasi agraria, pajak
progresif, pengembangan strategi pembangunan ekonomi yang lebih menjamin
pemerataan serta pembangunan hukum kearah penegakan hukum yang lebih tegas dan
adil dengan tetap menjaga prinsip praduga tak bersalah dalam berbagai kasus
yang muncul.
Penyelenggaraan negara oleh
pemerintah dan unsur-unsur lainnya harus senantiasa selaras dengan tujuan
mewujudkan maslahat bagi seluruh rakyat (tasharraful imam manutun bi
maslahatirroiyyah).
Ketiga:
Perkembangan teknologi informasi, termasuk internet dan media-media sosial,
serta peningkatan penggunaannya oleh masyarakat membawa berbagai manfaat
seperti sebagai sarana silaturahmi nasrul ilmi taawwun alal birri dan
sebagainya, tetapi juga mendatangkan dampak-dampak negatif seperti cepatnya
penyebaran fitnah dan seruan seruan kebencian, propaganda radikalisme,
pornografi, dan halhal lain yang dapat merusak moral dan kerukunan masyarakat.
Pemerintah diimbau untuk mengambil langkah-langkah yang lebih efektif baik
dalam mengatasi dampak-dampak negatif tersebut maupun pencegahanpencegahannya.
Pada saat yang sama para pemimpin masyarakat dihimbau untuk terus membina dan
mendidik masyarakat agar mampu menyikapi informasiinformasi yang tersebar
secara lebih cerdas dan bijaksana sehingga terhindar dari dampak-dampak negatif
tersebut.
Keempat: Para
pemimpin negara, pemimpin masyarakat, temasuk pemimpin Nahdlatul Ulama agar
senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat dengan senantiasa arif dan bijaksana
dalam menjalankan tugas masing-masing dengan penuh tanggung jawab adil dan
amanah dengan menomorsatukan kemaslahatan masyarakat dan NKRI.
Kelima: Para
ulama dalam majlis ini mengusulkan diselenggarakannya forum silaturrahmi di
antara seluruh elemen-elemen bangsa untuk mencari solusi berbagai permasalahan
yang ada, mencari langkah-langkah antisipatif terhadap
kecenderungan-kecenderungan perkembangan dimasa depan serta rekonsiliasi
diantara sesama saudara sebangsa. Nahdlatul Ulama diminta untuk mengambil
inisiatif bagi terwujudnya forum tersebut